Posted by
Dinda Pranata
|
at
12:53 AM
Sejak
kejadian itu Reyhan esok harinya tidak datang ke sekolah. Awalnya ia tidak
terlalu memikirkannya, namun Mamoru mulai cemas, sudah hampir seminggu Reyhan
tidak masuk sekolah tanpa ada keterangan. Wali kelas juga mulai menanyakannya.
“sebenarnya dia kemana ya? Kau tau nggak?” tanya Vanani. “mana aku tau.”
Jawabnya ketus. “secara kamu kan tetangganya, ya.. walau kalian musuhan.” Kata
Vanani menggoda sambil menyeruput es jusnya. “aku tetangganya, tapi bukan
bodyguardnya.” Kata Mamoru kesal dan beranjak pergi. “Ru, kamu mau kemana?”
tanya Vanani. Ia tidak menghiraukan panggilan Vanani.
‘sebenarnya
kamu kemana sih? Apa karena kejadian itu kamu seperti ini?’ batin Mamoru yang
mulai cemas. Ia mencoba menghubungi ponselnya, yang menjawab masih mesin
penjawab saja.”angkat dong rey.. kamu dimana sih ?” perasaannya mulai
nggak karuan. Vanani melihatnya dan ikut merasakan kecemasan itu ‘kenapa nggak
kamu akui ru, kalo kamu sebenarnya mulai jatuh cinta ama reyhan.’ Batin Vanani.
Ia prihatin temannya yang satu ini mulai sering melamun, dan nggak konsen di
dalam kelas.
Seusai
pelajaran selesai Mamoru mulai beranjak untuk pulang. “ru, tunggu dulu..” kata
Vanani “aku mau ngomong ama kamu.” Mamoru kembali duduk kembali. “mau
ngomong apa? Kalo masih nanya Reyhan dimana? Jawabaku tetap sama” katanya agak
kesal. “aku nggak nanya masalah Reyhan dimana. Sebelumnya aku minta maaf ma
pertanyaanku tadi.” Katanya menyesal, “aku cuma merasa beberapa hari ini kamu
nggak kaya biasanya Ru.” Kata Vanani sedih. “Cuma perasaan kamu aja, udah aku
mau pulang.” Kata Mamoru dan beranjak pergi. Namun, Vanani mengejarya sampai di
depan kelas, ia meraih tangan Mamoru. “kamu jatuh cinta ma Reyhan kan?” tanya
Vanani tiba-tiba.
Kaget
dengan pernyataan Vanani ia sejenak terdiam dan tertawa mengejek “aku.. jatuh
cinta ma Reyhan yang benar saja.” Katanya nggak percaya. “jawab jujur ru, apa
kamu cemburu melihat kedekatan Reyhan dengan Clarissa?” tanya Vanani. Ia hanya
diam tanpa menjawab apapun. “Jawab aku ‘ru..” Vanani mencoba mencari kebenaran
dari apa yang ia yakini. “aku tidak jatuh cinta pada Reyhan.” Jawabnya tanpa
memandang Vanani, ia juga tidak yakin dengan kata-kata bahwa ia jatuh cinta
pada Reyhan. “apa kamu tidak benar-benar cemas dengan Reyhan? Apa kamu
benar-benar tidak mencari keberadaannya? Apa kamu tidak…” kata-kata Vanani
dipotong oleh Mamoru. “Van, sekali lagi aku bilang. Aku tidak jatuh cinta
dengan Reyhan.” Kata Mamoru kesal. “aku tidak cemas dia menghilang, berapa lama
pun dia ingin pergi aku tidak pernah mencemaskannya atau bahkan berusaha
mencarinya. Satu lagi dia mau pacaran ma siapapun atau dekat dengan siapapun
nggak ada urusannya ma aku.” Katanya marah dan pergi meninggalkan Vanani
dibelakang. “aku harap kamu tidak akan menyesal dengan kata-katamu.” Kata
Vanani.
YYY
Saat
di rumah, ia tidak selera makan memikirkan apa yang dikatakan Vanani. ‘apa
benar au jatuh cinta ama Reyhan? Tapi bagaimana bisa?’ ia bertanya-tanya pada
diri sendiri. ‘kenapa juga aku harus cemas Reyhan nggak masuk sekolah?
Kenapa juga aku marah dia dekat dengan Clarissa? Bodo amat dech’ batinnya
memungkiri semua perasaan itu. Sejenak ia menuju berandanya yang menghadap ke
halaman depan. Ia melihat rumah Reyhan sepi nggak kaya’ biasanya.
Sewaktu masih kecil Reyhan sering
memanggilnya dari bawah untuk mengajaknya bermain, ia tiba-tiba mengingat semua
kejadian masa kecilnya dengan Reyhan dan tersenyum sendiri. Ia jadi teringat
ketika ia berangkat sekolah Reyhan selalu memanggilnya dari bawah. Tersadar
rumahnya sepi, sedih mulai merasukinya sampai bundanya masuk ke kamarnya ia
tidak sadar. “sedang apa sayang?” tanya Bundanya. “oh, lagi cari angin bun..” katanya sambil
pura-pura tersenyum.
“cari
anginnya sampai serius gitu, bunda panggil-panggil nggak denger.” Kata Bunda
sambil tersenyum. “lagi mikirin apa sih anak bunda?” tanya bunda sambil
membelai rambut Mamoru. Bunda melihat sejenak ke arah pandangan Mamoru,
ternyata apa yang di pikirin bunda benar. “kenapa ngelihatin rumah
Reyhan?” tanya Bunda memancing apa yang ada di pikiran Mamoru. “rumahnya kok
sepi banget, tumben banget bun.” Tanyanya pura-pura nggak cemas. “sepertinya
lagi keluar rumah.” Kata Bunda.
“Bunda beberapa hari ini nggak pernah
ngelihat Reyhan?” tanya Mamoru tiba-tiba. “bunda nggak pernah lihat Reyhan tu, bunda
juga merasa aneh biasanya kamu berangkat sekolah bareng. Beberapa hari ini
berangkat sendiri. Bunda pikir kalian lagi beranten kaya biasanya” Kata Bunda.
“udah hampir seminggu Reyhan nggak masuk sekolah bun, wali kelas juga udah pada
nanyain ke aku.” wajah Mamoru mulai terlihat cemas. “udah coba di telpon?”
tanya Bunda. “udah bun, tapi mailbox terus.” Jawab Mamoru. Bunda dan Mamoru
terdiam sesaat. Lalu tiba-tiba Bunda bertanya “kamu khawatir ma Reyhan?”
pertanyaan yang hampir serupa dengan pertanyaan Vanani. “nggak Bun, Cuma heran
aja dia ampe nggak masuk hampir seminggu tanpa kabar gitu.” Kata Mamoru
menyangkal. “jangan bohong sayang, mata kamu nggak bisa menyembunyikan perasaan
khawatir kamu.” Kata Bunda tersenyum. “kalian habis berantem?” tanya bunda
lagi.