Showing posts with label My Story. Show all posts
Showing posts with label My Story. Show all posts

Sunday, June 19, 2016

Sebuah monolog absurb di pagi hari

Posted by Dinda Pranata | at 11:02 AM 0

Pagi ini seseorang bertanya, apa yaa judul yang bagus buat sepenggal cerita pagi ini....
Hmmm.. Apa yaa?
Kalo semesta pagi ini dari tepian ubud yg hujan gimana?
Ya ya... Sepertinya menarik.. Jawab seseorang itu.
Apa dilakukan semesta di pagi yang hujan ini? Entah dia sedang bernyanyi, atau sekedar menyapa hujan yang turun.

Wednesday, June 15, 2016

Sepenggal cerita dariku padamu pemilik hati ~ Part I

Posted by Dinda Pranata | at 11:28 AM 0


Tidak pernah ada yang menduga bahkan untukku atau untukmu yang memiliki pasangan impian masing-masing. Hingga saat kita pun mulai merasa putus asa, kita saling menemukan dan menyadari bahwa mungkin ini cara Tuhan. Dalam sekaratnya hati, dan semua keputusasaan yang datang atas semua kegagalan yang terjadi. Pada suatu titik kita memutuskan untuk berhenti..

Ya, kita berdua memang sudah lelah dengan semua rasa sakit itu bahkan sama-sama memutuskan untuk menyerah saja. Tetapi, bukankah Tuhan sangat menyayangi kita hingga pada titik akhir itu kita bertemu untuk saling berusaha menjadi penawar luka.

Terima kasih aku ucapkan pada Tuhan untuk hadiahnya.

Terima kasih juga aku ucapkan padamu atas kasih sayangmu.
Tidak perduli seberapa gilanya aku menyayangimu, untukmu yang sudah bersedia ada untukku aku serahkan semua hatiku.

Terima kasih suamiku. Karenamu aku hidup kembali.

Thursday, February 11, 2016

Doa Tanpa Judul Part II

Posted by Dinda Pranata | at 12:27 PM 0

Dear My Future Man,

Dalam kisah yang tidak terduga, tiba-tiba semua terasa nyata saat kau menyebut kata "KITA". kata itu seolah menyihir semua imajinasiku. Mendadak sangat liar dan tidak bisa ku kontrol. Sedikit berlebihan, memang. Bagaimana tidak. Kehadiranmu seolah menjadi hujan yang tidak pernah turun ribuan masa. Tandus dan kering berubah menjadi sejuk.

Imajinasiku membawa ku terbang. Seolah kata-kata lebay nan alay pun tidak bisa mengungkapkan kegirangan yang ada. batas antara realita dan imajinasi mimpi seolah kabur. Andaikan ada cara dimana aku tidak lagi hidup dalam realita, akan aku minta pada dunia agar aku bisa hidup dalam imajinasi saja.

Namun, namanya saja sebuah doa tanpa judul. Doa atas rasa Terima kasihku pada Nya yang mempertemukan kita dalam cerita ajaib nan tidak terduga. Semoga Kamu, Aku dan Kita selalu bisa tertawa, tersenyum dan mencintai seperti Imajinasi yang tetap hidup dalam realita.

                                                   ~ S.H.M.I.L.Y~

Thursday, January 28, 2016

Do'a Hati Tanpa Judul part I

Posted by Dinda Pranata | at 2:14 PM 0

Dear My future man,
Hmm, terdengar seperti anak remaja yang sedang dilanda asmara. Kekanak-kanakan, aku mengirimkan surat-surat ini. Terkadang, banyak hal gila yang muncul ketika aku memikirkan siapa yang ada di depanku, termasuk surat-surat aneh yang akan memenuhi kotak-kotak dan lemarimu nanti.
Terima kasih Tuhan, Engkau mempertemukan kita dan menyisipkan sebuah kata diantara aku, dan kamu yaitu ‘KITA’. Semoga Tuhan selalu menyertai langkah kita ke depan untuk bisa saling membahagiakan.
Bukan sesuatu yang istimewa atau mahal, hanya saja aku tidak bisa mengutarakan apa yang ada di hatiku ke kamu. Maaf, karena aku akan selalu mengikutimu kemana pun kamu pergi.. hehehe.. Thank you my dear.

~ S.H.M.I.L.Y ~

Friday, June 15, 2012

Antara Kue Bagiak dan Tape Bondowoso-Final

Posted by Dinda Pranata | at 12:53 AM 0

Sejak kejadian itu Reyhan esok harinya tidak datang ke sekolah. Awalnya ia tidak terlalu memikirkannya, namun Mamoru mulai cemas, sudah hampir seminggu Reyhan tidak masuk sekolah tanpa ada keterangan. Wali kelas juga mulai menanyakannya. “sebenarnya dia kemana ya? Kau tau nggak?” tanya Vanani. “mana aku tau.” Jawabnya ketus. “secara kamu kan tetangganya, ya.. walau kalian musuhan.” Kata Vanani menggoda sambil menyeruput es jusnya. “aku tetangganya, tapi bukan bodyguardnya.” Kata Mamoru kesal dan beranjak pergi. “Ru, kamu mau kemana?” tanya Vanani. Ia tidak menghiraukan panggilan Vanani.
‘sebenarnya kamu kemana sih? Apa karena kejadian itu kamu seperti ini?’ batin Mamoru yang mulai cemas. Ia mencoba menghubungi ponselnya, yang menjawab masih mesin penjawab saja.”angkat dong rey.. kamu dimana sih ?” perasaannya mulai nggak karuan. Vanani melihatnya dan ikut merasakan kecemasan itu ‘kenapa nggak kamu akui ru, kalo kamu sebenarnya mulai jatuh cinta ama reyhan.’ Batin Vanani. Ia prihatin temannya yang satu ini mulai sering melamun, dan nggak konsen di dalam kelas.
Seusai pelajaran selesai Mamoru mulai beranjak untuk pulang. “ru, tunggu dulu..” kata Vanani “aku mau ngomong ama kamu.” Mamoru kembali duduk kembali. “mau ngomong apa? Kalo masih nanya Reyhan dimana? Jawabaku tetap sama” katanya agak kesal. “aku nggak nanya masalah Reyhan dimana. Sebelumnya aku minta maaf ma pertanyaanku tadi.” Katanya menyesal, “aku cuma merasa beberapa hari ini kamu nggak kaya biasanya Ru.” Kata Vanani sedih. “Cuma perasaan kamu aja, udah aku mau pulang.” Kata Mamoru dan beranjak pergi. Namun, Vanani mengejarya sampai di depan kelas, ia meraih tangan Mamoru. “kamu jatuh cinta ma Reyhan kan?” tanya Vanani tiba-tiba.
Kaget dengan pernyataan Vanani ia sejenak terdiam dan tertawa mengejek “aku.. jatuh cinta ma Reyhan yang benar saja.” Katanya nggak percaya. “jawab jujur ru, apa kamu cemburu melihat kedekatan Reyhan dengan Clarissa?” tanya Vanani. Ia hanya diam tanpa menjawab apapun. “Jawab aku ‘ru..” Vanani mencoba mencari kebenaran dari apa yang ia yakini. “aku tidak jatuh cinta pada Reyhan.” Jawabnya tanpa memandang Vanani, ia juga tidak yakin dengan kata-kata bahwa ia jatuh cinta pada Reyhan. “apa kamu tidak benar-benar cemas dengan Reyhan? Apa kamu benar-benar tidak mencari keberadaannya? Apa kamu tidak…” kata-kata Vanani dipotong oleh Mamoru. “Van, sekali lagi aku bilang. Aku tidak jatuh cinta dengan Reyhan.” Kata Mamoru kesal. “aku tidak cemas dia menghilang, berapa lama pun dia ingin pergi aku tidak pernah mencemaskannya atau bahkan berusaha mencarinya. Satu lagi dia mau pacaran ma siapapun atau dekat dengan siapapun nggak ada urusannya ma aku.” Katanya marah dan pergi meninggalkan Vanani dibelakang. “aku harap kamu tidak akan menyesal dengan kata-katamu.” Kata Vanani.
YYY
Saat di rumah, ia tidak selera makan memikirkan apa yang dikatakan Vanani. ‘apa benar au jatuh cinta ama Reyhan? Tapi bagaimana bisa?’ ia bertanya-tanya pada diri sendiri. ‘kenapa juga aku harus cemas Reyhan nggak masuk sekolah? Kenapa juga aku marah dia dekat dengan Clarissa? Bodo amat dech’ batinnya memungkiri semua perasaan itu. Sejenak ia menuju berandanya yang menghadap ke halaman depan. Ia melihat rumah Reyhan sepi nggak kaya’ biasanya.
Sewaktu masih kecil Reyhan sering memanggilnya dari bawah untuk mengajaknya bermain, ia tiba-tiba mengingat semua kejadian masa kecilnya dengan Reyhan dan tersenyum sendiri. Ia jadi teringat ketika ia berangkat sekolah Reyhan selalu memanggilnya dari bawah. Tersadar rumahnya sepi, sedih mulai merasukinya sampai bundanya masuk ke kamarnya ia tidak sadar. “sedang apa sayang?” tanya Bundanya. “oh, lagi cari angin bun..” katanya sambil pura-pura tersenyum.
“cari anginnya sampai serius gitu, bunda panggil-panggil nggak denger.” Kata Bunda sambil tersenyum. “lagi mikirin apa sih anak bunda?” tanya bunda sambil membelai rambut Mamoru. Bunda melihat sejenak ke arah pandangan Mamoru, ternyata apa yang di pikirin bunda benar. “kenapa ngelihatin rumah Reyhan?” tanya Bunda memancing apa yang ada di pikiran Mamoru. “rumahnya kok sepi banget, tumben banget bun.” Tanyanya pura-pura nggak cemas. “sepertinya lagi keluar rumah.” Kata Bunda.
“Bunda beberapa hari ini nggak pernah ngelihat Reyhan?” tanya Mamoru tiba-tiba. “bunda nggak pernah lihat Reyhan tu, bunda juga merasa aneh biasanya kamu berangkat sekolah bareng. Beberapa hari ini berangkat sendiri. Bunda pikir kalian lagi beranten kaya biasanya” Kata Bunda. “udah hampir seminggu Reyhan nggak masuk sekolah bun, wali kelas juga udah pada nanyain ke aku.” wajah Mamoru mulai terlihat cemas. “udah coba di telpon?” tanya Bunda. “udah bun, tapi mailbox terus.” Jawab Mamoru. Bunda dan Mamoru terdiam sesaat. Lalu tiba-tiba Bunda bertanya “kamu khawatir ma Reyhan?” pertanyaan yang hampir serupa dengan pertanyaan Vanani. “nggak Bun, Cuma heran aja dia ampe nggak masuk hampir seminggu tanpa kabar gitu.” Kata Mamoru menyangkal. “jangan bohong sayang, mata kamu nggak bisa menyembunyikan perasaan khawatir kamu.” Kata Bunda tersenyum. “kalian habis berantem?” tanya bunda lagi.

Tuesday, January 31, 2012

Antara Kue Bagiak dan Tape Bondowoso Part II

Posted by Dinda Pranata | at 7:04 PM 0

Selama ia satu kelas dan dekat dengan Mamoru, Reyhan pasti punya ide-ide jahil untuk Mamoru. Mamoru memang selalu galak pada Reyhan dan nggak bisa akur pada Reyhan.
Hingga siang hari yang terik ini, Mamoru yang lagi santai jalan dengan Vanani. Tiba-tiba “aduh aku kebelet nih..” kata Mamoru. “kamu duluan aja deh ke kelasnya, aku mau ke toilet dulu.” Kata Mamoru. “ya, udah buruan dech..” kata Vanani mengingatkan, setelah ini ada pelajaran Bahasa Jepang, dan gurunya benar-benar killer banget. “ya aku tau.. bentar lagi jamnya Ardi sensei.” Kata Mamoru malas dan Mamoru langsung pergi ke toilet.
Ia tidak tahu, kalau mulai tadi ada cowok yang udah punya ide buat ngerjain Mamoru. “ni saatnya..” katanya dengan senyum penuh arti. Ia mengendap-endap masuk ke kamar mandi cewek, sambil celingukan dan memastikan tidak ada cewek yang masuk kamar mandi. Setelah aman, ia merencanakan misinya bersama dengan Tryan.
“Yan.. kalo ada orang bilang ya.” Kata cowok ini. “Sip.. Rey. Tapi, cepet dikit.” Kata Tryan yang berjaga di depan pintu masuk toilet. Reyhan hanya mengacungkan jempolnya. Mengendap-endap masuk ke kamar mandi cewek dan mengambil gayung air. Kemudian ‘BYURRRR…’ ia menyiramkannya tepat diatas kepala Mamoru, seketika Mamoru berteriak. “AHHH..!” jerit Mmamoru. “SIALANNN…!!” umpatnya dalam kamar mandi.
Reyhan langsung berlari dan keluar kamar mandi cewek dengan Tryan. “ayo buruan..!” katanya sambil berlari. Di dalam kamar mandi Mamoru basah kuyup dan mengomel sendirian.
“SIALANNN !” Umpatnya. “kerjaan siapa sih ?” gerutunya. Ia keluar dari toilet dengan basah kuyup dan ia menjadi pusat perhatian teman-temannya. “kurang ajar banget..!! bikin basah kuyup gini!!” Katanya kesal sambil berjalan menuju kelas. Selama dalam perjalanan ia terus berpikir siapa yang melakukannya. Pikirannya pasti akan mengarah ke Reyhan.
Semua yang ada di kelas bingung, mengapa pakaian Mamoru basah semua. “Kenapa Ru ?”tanya Reyhan dengan tersenyum puas. “kehujanan di kamar mandi..” goda Reyhan dan seisi kelas tertawa. “Sudah.. sudah.. ” kata Ardi sensei menenangkan seisi kelas. “Doushite ?” tanya Ardi sensei. “basah sensei, sepertinya ada yang sengaja melakukan ini.” Kata Mamoru sambil melihat ke arah Reyhan yang tersenyum puas. “nggak usah banyak alasan !! apa kamu tahu sekarang jam berapa?” tanya Ardi sensei
“ya tahu sensei.. jam 11 kan..” Jawab Mamoru dengan santainnya “kamu tahu sudah lewat 15 menit dan kamu tahu apa hukuman bagi yang terlambat pada jam saya!!” Ardi sensei naik darah. “tapi,sensei..” kata Mamoru membantah. “nggak usah membantah..!!” gertak Ardi sensei. “ya, sensei..” kata Mamoru lemas dan melihat kearah Reyhan yang masih tertawa-tawa. “sumimasen sensei.”Katanya lirih.
Ia benar-benar kecewa banget dan merasa malu. “ini semua gara-gara orang itu.” Kata Mamoru mengumpat. “aku tahu ini pasti kerjaan Reyhan, tapi gimana dia bisa masuk dalam toilet ?” tanyanya pada diri sendiri. “awas aja kalo bener.. Uhhhhh… aku habisin tu cowok !!” katanya sambil mengepalkan tangan.
Ia menunggu dengan BT-nya di luar kelas. Duduk-duduk sambil dengerin Mp3 dengan hadset di Hp-nya,sedikit mengurangi ke-BT-annya. Sejenak Reyhan tertawa dengan Tryan, melihat Mamoru tadi di omelin Ardi sensei. “lihat ekspresinya tadi nggak ?” Kata Reyhan dengan senyum kepuasan. “Lucu banget tahu..” lanjutnya lirih sambil tertawa.
“iya.. Tapi, apa nggak keterlaluan Rey ?” tanya Tryan. “keterlaluan gimana ?” tanya Reyhan. “iya, kalo dia masuk angin gimana ?” Tanya Tryan mengawatirkan Mamoru. “nggak, dia cewek yang kuat kok.” Kata Reyhan dengan yakinnya.“pokoknya kalo ada apa-apa ma dia jangan bawa-bawa aku..” Ancam Tryan. “iya, tenang aja.” Kata Reyhan dengan tersenyum puas dan kembali memperhatikan pelajaran.
Walau begitu pikirannya tetap pada Mamoru. Ia juga memikirkan keadaan Mamoru. ‘apa bener dia bakal baik-baik aja.’ Batinnya resah. ‘pasti dia baik-baik aja.’ Lanjut batinnya, sambil melihat Mamoru dari jendela yang duduk di seberang kelasnnya.

Thursday, January 12, 2012

Antara Kue Bagiak dan Tape Bondowoso Part I

Posted by Dinda Pranata | at 9:05 PM 0

Siang hari rasanya melelahkan. Setibanya di rumah Mamoru langsung meneguk segelas air dingin dan merebahkan diri di kasurnya yang empuk. Sejenak ia memejamkan matanya, namun tiba-tiba terlintas bayangan seorang cowok.
Seorang cowok yang ada di masa lalunya. Ya.. Reyhan. Sampai sekarang Mamoru masih membenci cowok itu. Reyhan dulu adalah cowok yang usil, dan nakal, tetapi memang tidak bisa di pungkiri dia memang cowok yang cakep, dan cool banget.
“ARGHH..!” geramnya. “kenapa harus muncul si Reyhan sih..” gerutunya. “mending aku tidur aja.” Kata Mamoru dan mencoba memejamkan mata.
Namun, ketukan pintu membuatnya terbangun. “Siapa ?” Tanya Mamoru sambil tiduran.
“ini bunda sayang, buka pintunya donk.” Kata Bunda yang berdiri dibalik pintu. Mamoru bangun dengan malasnya, dan membuka pintu.
“Lho, kok belum ganti baju ?” Tanya Bunda melihat Mamoru masih mengenakan seragam sekolahnya.
“ntar aja Bun, lagi malas..” kata Mamoru sambil duduk di kasur dan bunda mengikuti dengan duduk di sebelahnya. “ada apa bun ?” Tanya Mamoru.
“Bunda mau minta tolong anterin kue ini buat tetangga baru di seberang rumah.” Kata Bunda sambil memberikan bingkisan kue ke Mamoro.
“Hah ? kenapa Ruru sih Bun ? kenapa nggak bunda aja.” Protes Mamoru yang akrab di panggil Ruru.
“Bunda lagi sibuk di dapur, bentar lagi ayah dateng.” Kata Bunda sambil tersenyum.
“Napa nggak ntar, habis makan siang aja.” Mamoru masih protes dan enggan buat nganter kue Bagiak asli Banyuwangi itu.
“Keburu lupa lho.. ya, bunda minta tolong.” Kata Bunda memohon. “anak cowoknya cakep lho.” Kata Bunda membujuk Mamoru.
“Biar ganteng kaya apa juga, paling-paling playboy.” Jawab Mamoru asal.
“Hussstt..” desis Bunda sambil tertawa.
“males Bunda…” kata Mamoru mengeluarkan sikap manjanya.
“Cuma bentar aja.. dah sekarang kesana.” Kata Bunda sambil menggeret lengan Mamoru.
“Aduh bunda males, ngantuk, capek..” kata Mamoru sambil berjalan tertahan.
“Ayo, dong.. Cuma bentar aja.” Kata Bunda.
“Ganti baju dulu bunda.” Alasan Mamoru.
“kenapa nggak dari tadi gantinya. Nggak usah..!” kata Bunda sedikit kesal.
“Ah, bunda…” kata Mamoru yang akhirnya dengan terpaksa pergi mengantar kue bagiak itu.
***
Ia mengetuk pagar rumah bercat coklat itu. “lama banget sih..!” gerutunya. Ia mengulang mengetuk pagar rumah itu. Terdengar sahutan seorang cowok di dalam rumah.“Iya.. sebentar.” Sahut cowok itu. Mamoru menunggu orang rumah itu membuka pintu sambil membelakangi rumah itu. “ada apa ya?” kata Cowok itu menyapa Mamoru. Seketika Mamoru membalikkan badannya dan melihat seorang cowok berdiri di depannya.
‘Gile… cakep banget ni cowok.. manusia apa malaikat nih..’ kata Batin Mamoru terkagum-kagum melihat ketampanan cowok itu. “Hei…!” sapa cowok itu sambil melambaikan tangan di depan wajah Mamoru yang terbengong-bengong. “kok ngeliatin kaya’gitu ada yang salah ?” Tanya cowok itu.
“Oh.. nggak ada.” Kata Mamoru salting. Sekali lagi Mamoru melihat cowok ini. ‘sepertinya aku pernah liat dia ya…dia mirip banget ama seseorang dech.’ batin Mamoru sambil mengingat-ingat. ‘kok, aku kaya familiar banget ama ni cewek ya.’ Batin cowok ini juga. ‘seperti mirip dengan…’ Cowok ini keceplosan bicara. “Marmut…” kata cowok ini. Seketika Mamoru kaget mendengar nama Marmut di sebut-sebut. Padahal yang memanggilnya Marmut Cuma si Reyhan.

Tuesday, January 10, 2012

Kenyataan Perasaan

Posted by Dinda Pranata | at 9:06 PM 0

Saat semua yang terlihat hanya semu
Kau datang membawa kenyataan
Saat semua yang terlihat hanya kebohongan
Kau datang membawa kejujuran

Ingin rasanya yakin dengan apa yang dilihat
Namun, kenyataan tidaklah seindah itu
Benteng besar berdiri di persimpangan Jalan
Membuat langkah kaki terhenti untuk percaya

Tardir yang pertemukan kita
Pilihan yang membuat kita bersama
Dan apakah takdir akan menjawab kita akan berpisah?
Ataukah pilihan yang akan menjawab kita terus bersama?

Mengenalmu adalah pilihan
Memilikimu adalah anugrah
Melepaskanmu adalah kesalahan
Mengikhlaskanmu adalah ujian

Tuesday, October 11, 2011

Ryōme (Sepasang bola mata)

Posted by Dinda Pranata | at 1:47 AM 0

Kala malam menaungi bumi, dengan ribuan bintang yang selalu memainkan matanya. Di dalam sebuah ruangan yang remang-remang dengan hanya bercahayakan lampu tidur. Di dalam ruangan itu, Kara, gadis belia berusia 19 tahun dengan mata yang terpejam, namun tak tidur terbaring di atas ranjang yang nyaman.
Pikirannya melayang memikirkan apa yang telah ia alami. ‘kenapa bunda dan ayah harus pergi ? kenapa aku merasa sendiri tanpa kalian.’ Pikirnya. Ia sudah kehilangan orang tuanya 2 Tahun lalu, dan sejak saat itu ia ikut dengan keluarga sahabat ayahnya, Pak Bramantyo.
Keluarga Bramantyo memiliki 2 orang anak yang satu laki-laki bernama Kak Raka dan yang kedua perempuan, seusia Kara bernama Ayuki. Entah mengapa Ayuki sepertinya sangat membenci Kara. Sejak kedatangannya pertama kali., sepertinya Kara lebih menarik perhatian Kakak dan Orang tuanya. Ketika ia menerima perlakuan Ayuki yang benci terhadapnya. Rasa kesepian semakin menguat saja. “aku tidak pernah mengerti, mengapa Ayumi begitu membenciku. Sebenarnya apa salahku ?” ia bertanya pada dirinya sendiri. Hingga waktu terus berjalan dan ia pun terlelap dalam tidurnya.
***
Pagi ini ia harus bersiap-siap berangkat kuliah, Kak Raka, Ayumi dan Kara kuliah di tempat yang sama. Saat berada di meja makan untuk sarapan, nampaknya Ayumi tidak nyaman semeja dengan Kara. “Ra.. gimana kalau kamu sama-sama kita saja ke kampus ?” tawar Kak Raka, Ayuki nampaknya tidak bisa menerima keinginan kakaknya. “Ya, sebaiknya kalian berangkat bersama saja, kuliah kalian juga di tempat yang sama.” Pak Bramantyo menyetujuinya. “aku tidak mau berangkat dengan dia.” Tunjuk Ayuki pada Kara dengan nada yang tinggi.
Semuanya terdiam dan melihat kea rah Ayuki. “memang kenapa Yu ?” tanya mamanya. “sampai kapanpun aku tidak akan pernah mau bersama dengan dia.” Kata Ayuki dengan nada tinggi. “Kamu ini kenapa sih ?” tanya Kak Raka kesal dengan kelakuan Ayuki. “Hmm, aku tidak jadi ikut saja. Lagipula kuliahku juga tidak pagi. Aku hanya mau menyerahkan tugas dari dosen saja.” Kata Kara merasa bersalah.
Ayuki nampak senang mendengar jawaban dari Kara. “kamu naik apa ke kampus ?” tanya Tante Ranti. “saya bisa naik angkutan umum tante.” Jawab Kara tersenyum. “Tidak sebaiknya kamu berangkat dengan kami saja.” Kak Raka masih bersikukuh. “Tidak..Tidak..Tidak..!!!” Ayuki berontak. “selama dia satu mobil denganku, aku berangkat sendiri saja.” Kata Ayuki sambil meninggalkan meja makan.
“sebaiknya Kak Raka mengantar Ayuki, kasihan dia kak.” Bujuk Kara. “Biar sekali-kali dia memang harus diberi pelajaran anak itu biar tidak terus manja.” Kata Kak Raka kesal. “maafkan Ayuki, Kara. Om juga tidak tahu mengapa ia selalu bersikap seperti itu ke kamu.” kata Pak Bramantyo tidak mengerti. Kara hanya mengangguk, dan tersenyum.
Akhirnya Kak Raka pun berangkat bersama Ayuki tanpa Kara. Kara berhasil membujuk Kak Raka untuk berangkat bersama Ayuki. Raka tidak mengerti mengapa Ayuki begitu membenci Kara. Ia ingin menanyakan itu, namun tidak pada saat ini. Bukan waktu yang tepat untuk membicarakan masalah ini, setelah perdebatan dimeja makan tadi pagi.
***
Setelah tahu apa penyebab Ayuki begitu membenci Kara. Kak Raka pun berusaha mematahkan pikiran itu. “bagaimanapun juga kamu tetap adikku, dan anak keluarga Bramantyo. Sesayang apapun kami ke Kara, tak akan ada bisa yang menyamai rasa sayang kami ke kamu.” Kata Kak Raka sambil membelai lembut kepalanya.
Hingga suatu ketika Kara jatuh sakit. Semua sangat panik, dan mengkhawatirkan Kara. “kamu mau apa ? nanti sepulang kuliah aku bawakan.” Tanya Kak Raka. Kara hanya menggelengkan kepala. “Tidak..terima kasih.” Kata Kara tersenyum. “ya, sudah. Kalau kamu ingin apa-apa kamu telepon atau SMS aku.” Kata Kak Raka sambil membelai kepala Kara.
Ayuki melihat dibalik pintu. Perasaan benci itu muncul kembali. Ketika Kara sakit kakaknya sangat perhatian padanya, begitu juga orangtuanya. Ia merasa kesal dengan semua orang, mengapa semuanya berubah sejak kedatangan Kara. Tidak ada satu orangpun yang melihat rasa kesal di dalam dirinya. Ia hanya bisa membatin.
***
Setiap malam ia mengambil selembar foto dari buku hariannya. Memandangi foto kedua orangtuanya. Ia memeluk foto itu, dan menangis merindukan mereka. ia membawa foto itu ke taman belakang sambil berpikir andai orangtuanya masih hidup. Ia masih ingat ketika bundanya masih hidup dan berkata “kalau orang yang baik, ketika mereka meninggal pasti akan mejadi salah satu bintang yang paling terang.” Kata bunda saat Kara sedih sambil menunjukkan sebuah bintang yang paling terang.
Kara melihat dengan rasa percaya. “apa yang mereka lakukan disana ?” tanyanya iseng. “mereka melihat orang-orang yang mereka sayangi dan menjaga mereka agar tidak sedih.” Jawab bunda sambil tersenyum. Sejak saat itu ia senang sekali melihat bintang dan saat kedua orangtuanya meninggal, ketika ia merindukan mereka. ia pasti akan melihat bintang, mencari 2 bintang yang paling terang.
Tanpa ia sadari Kak Raka muncul dibelakang dan tiba-tiba duduk di sebelah Kara. Kara buru-buru menghapus air mata dan menyembunyikan kesedihannya. “kenapa malam-malam seperti ini kamu disini ?” tanya Kak Raka. “lagi cari angin. Aku tidak bisa tidur. Kakak sendiri sedang apa disini ? seperti hantu saja, tiba-tiba muncul.” Goda Kara. Kak Raka tertawa nyaring “aku ingin jalan-jalan, dan melihatmu disini.” Kata Kak Raka tersenyum. “kamu habis menangis ?” tanya Kak Raka.
Kara terdiam dan ia menggeleng. Namun, nampaknya Kak Raka tidak percaya dan tidak berusaha mendesaknya mengatakan perasaannya. Kak Raka mengingatkannya untuk segera istirahat, karena kondisinya tidak sehat. Kara pun mengikuti sarannya, sebenarnya bukan karena kesehatannya, tapi terlebih karena ia tidak bisa lagi menembunyikan rasa sedihnya.
***

Monday, October 10, 2011

SECRET AMOURE D’ABRE MAISON (RAHASIA CINTA DI RUMAH POHON)

Posted by Dinda Pranata | at 10:53 PM 0

Siang ini cuaca nampak mendung, seolah-olah memberitahukan akan turun hujan. Aku bahkan nggak memperdulikan jika hujan, langit mendung ataupun cuaca yang berubah seperti apapun. Aku hanya melangkahkan kaki kemana ia akan melangkah pergi. Siang ini aku hanya menunjukkan sebuah kepasrahan atas kelemahan yang aku miliki. Dibenakku hanya ada keinginan untuk lari dan lari.

Dalam larutnya pikiran, aku baru menyadari kemana tujuanku. Betapa bodohnya aku, masih juga tidak menyadari kemana aku akan pergi dalam keadaan yang aku alami saat ini. Hanya sebuah tempat yang menjadi kenangan bagi aku dan seseorang yang hanya akan menjadi sahabat untukku dan tempat itu pula yang selama ini menjadi perlarianku.

Sebuah taman yang tak terurus di seberang sungai, ada sebuah rumah pohon yang aku dan Taka bangun saat kami masih kecil. Rumah pohon yang menjadi tempat persembunyian kami, saat salah satu dari kami merasa ingin lari dari masalah atau merenung, maka aku atau Taka akan pergi ke rumah pohon ini.

“rasanya baru kemarin aku membangun rumah pohon ini, tak terasa sudah 7 tahun rumah ini dengan segala kenangannya.” aku langsung menaiki tangga dari kayu yang tertancap pada kayu pohon. Rasa sedih yang aku bawa semakin tak tertahan. Setelah aku menyadari aku akan meninggalkan rumah pohon ini. “mulai besok kamu akan sering di kunjungi oleh Taka, itu pun kalau Taka sempat.” Kataku pada rumah ini. Aku menangis di sudut rumah seraya tertawa ketika kenangan–kenangan bermunculan satu demi satu.

Aku mendengar rintik-rintik hujan, kemudian dengan hitungan detik berubah menjadi hujan yang deras. Hujan dan air mata seolah-olah mendramatisir keadaan yang aku alami. Menambah kepedihan semakin dalam. Aku tak ingin pikirkan itu, namun semua terjadi dengan sendirinya dan aku hanya ingin menikmati saat terakhir di rumah ini sebelum aku pergi meninggalkan rumah pohon ini, kota ini, dan semuanya. Aku hanya akan membawa kenangan-kenangan yang masih tersisa.

Rabu sebulan yang lalu sekitar pukul 3 sore, selesai kuliah dengan segala kelelahan yang menggelayut ditubuhku, aku pulang ke rumah dengan tenaga yang masih tersisa. Aku menggunakan roller skeat-ku menuju rumah. Rumah dan kampusku juga tak terlalu jauh kira-kira hanya 1,5 km.

Saat aku asyik meluncurkan roda Roller skeat-ku dengan tenaga yang mulai menurun, bunyi klakson sebuah mobil mengagetkan aku, hingga roda Roller skeat-ku tak bisa ku kendalikan dan membuatku terjatuh.

“Sialan..!!” umpatku sambil berusaha berdiri dan menggosok-gosok pantatku yang sakit. Seseorang segera turun dari mobil dan ia bukannya menolong malah menertawaiku. Aku sudah bisa tahu siapa orang yang mempunyai kebisaan seperti itu.

“katanya Roller skeater profesional.” goda Taka sambil melihat keadaanku. “Gila kau.. dimana-mana juga kalo orang dikagetin ama suara klaksonmu juga bakal kaya’ aku. Seprofesional siapa pun itu.” Kataku kesal bercampur dengan kelelahan yang ada di tubuhku. “untung aku nggak kenapa-napa, nah..kalo ampe kenapa-napa atau aku mati kamu mau aku gentayangin ?!” tanyaku iseng dengan nada yang kesal.

Taka dan aku duduk di gazebo di depan fakultasku. “ya.. kalo kamu gentayangin aku nggak apa-apa kok, ntar aku jadiin penjaga rumah biar nggak ada maling. Hahaha…” jawab Taka gokil. “Huuu… enak aja kalo ngomong” kataku nggak bisa menahan tawa untuk jawaban-jawaban Taka yang gokil.

Saat asyik dengan obrolan iseng itu, tiba-tiba dari arah yang berlawanan seorang cewek menyapaku dan seketika pembicaan kami pun berhenti. “eh. kamu ‘Ra.. ya, aku baru aja kelar kuliah. Tapi, sekarang malah nyangkut disini gara-gara orang ini.” Sambil menyikut lengan Taka. Taka yang dari tadi mulai curi-curi mata ke arah Laira.

Laira sahabatku juga. satu ujurusan denganku, tapi kadang-kadang kuliah kami berbeda kelas. Rambut panjang, dan mata yang indah memang dimiliki Laira, dan itu salah satu alasan banyak orang yang jatuh cinta pada Laira. Mungkin termasuk Taka. “Eh.. iya, kenalin ini sahabatku, Taka.” Kataku memperkenalkan Taka. Taka menyambut uluran tangan Laira dengan penuh senyum yang berarti. “Laira..” Laira memperkenalkan diri. “kuliah di fakultas sini juga ?” tanya Laira.

“nggak.. aku kuliah di fakultas hukum. Ternyata kamu satu jurusan ama marmut.” Kata Taka sambil melihat ke arahku. “marmut ?” tanya Laira nggak ngerti. “maksudnya si Cerry.” Lanjut Taka menangkap kebingungan Laira. “oh.. iya, kita satu jurusan, tapi kadang-kadang juga beda kelas.” Jawab Laira. “kamu masih ada kuliah ‘Ra ?” tanyaku.

“iya.. ada kuliah pengantar Sastra ampe jam 5.” Jawab Laira sambil tersenyum dan kadang aku menangkap mata Laira melihat ke arah Taka. “oh,ya.. aku dari tadi nyari kamu, aku pikir udah pulang. Eh.. malah ada disini.” Kata Laira sambil duduk disampingku. “mang ada apa ? kaya’ artis aja dicariin. Hehehe..” kataku cengr-cengir. “Uh.. bisa-bisa acaranya kaga’ ada yang nonton.” Celetuk Taka sambil tertawa.

Laira merogoh tasnya dan mengambil buku. “aku mau ngembaliin buku ini.”seraya memberikannya padaku. “oh, iya aku lupa.. Makasih ya.” Kataku sambil tersenyum. “Btw, balik duluan ya bentar lagi masuk.” Pamit Laira, dan setelah itu dia berjalan menjauhi kami yang masih ada di Gazebo itu.

“buku apaan nich ?” tanya Taka sambil merebut buku yang aku pegang. Ia melihat sampulnya dan langsung mengembalikannya padaku karena aku tahu buku itu tidak akan menarik perhatiannya sama sekali. “temen kamu cantik juga.” Kata Taka tiba-tiba. “ah, dasar kamu. Kalo ada cewek cantik aja langsung pasang radar.” Kataku sambil memasukkan buku.

“udah punya gebetan belum ?” tanyanya. “belum.. mang napa?” tanyaku ragu-ragu. “nggak ada, pengen tau aja. Siapa tahu dia cewek yang aku cari.” Taka cengar-cengir. “udah ah, aku mau balik. Cape’..” kataku sambil dibantu Taka berdiri karena dia tahu aku masih menggunakan roller skeat-ku. “bareng ma aku aja yuk..” ajak Taka. Tanpa pikir dua kali aku tentu terima tawarannya, apalagi dalam keadaan lelah seperti itu


Sejak pertemuan itu, Taka mulai dekat dengan Laira. Awalnya kenalan, minta nomor HP-nya, tanya-tanya rumahnyajalan bareng ama Laira, dan kadang-kadang main ke rumah Laira.

 
~ Home Sweet Home - Designed by Miss Rinda - Layout by My Blog Make Over - Author YOUR NAME HERE :) ~
Boucing Smiley Star