Sejak
kejadian itu Reyhan esok harinya tidak datang ke sekolah. Awalnya ia tidak
terlalu memikirkannya, namun Mamoru mulai cemas, sudah hampir seminggu Reyhan
tidak masuk sekolah tanpa ada keterangan. Wali kelas juga mulai menanyakannya.
“sebenarnya dia kemana ya? Kau tau nggak?” tanya Vanani. “mana aku tau.”
Jawabnya ketus. “secara kamu kan tetangganya, ya.. walau kalian musuhan.” Kata
Vanani menggoda sambil menyeruput es jusnya. “aku tetangganya, tapi bukan
bodyguardnya.” Kata Mamoru kesal dan beranjak pergi. “Ru, kamu mau kemana?”
tanya Vanani. Ia tidak menghiraukan panggilan Vanani.
‘sebenarnya
kamu kemana sih? Apa karena kejadian itu kamu seperti ini?’ batin Mamoru yang
mulai cemas. Ia mencoba menghubungi ponselnya, yang menjawab masih mesin
penjawab saja.”angkat dong rey.. kamu dimana sih ?” perasaannya mulai
nggak karuan. Vanani melihatnya dan ikut merasakan kecemasan itu ‘kenapa nggak
kamu akui ru, kalo kamu sebenarnya mulai jatuh cinta ama reyhan.’ Batin Vanani.
Ia prihatin temannya yang satu ini mulai sering melamun, dan nggak konsen di
dalam kelas.
Seusai
pelajaran selesai Mamoru mulai beranjak untuk pulang. “ru, tunggu dulu..” kata
Vanani “aku mau ngomong ama kamu.” Mamoru kembali duduk kembali. “mau
ngomong apa? Kalo masih nanya Reyhan dimana? Jawabaku tetap sama” katanya agak
kesal. “aku nggak nanya masalah Reyhan dimana. Sebelumnya aku minta maaf ma
pertanyaanku tadi.” Katanya menyesal, “aku cuma merasa beberapa hari ini kamu
nggak kaya biasanya Ru.” Kata Vanani sedih. “Cuma perasaan kamu aja, udah aku
mau pulang.” Kata Mamoru dan beranjak pergi. Namun, Vanani mengejarya sampai di
depan kelas, ia meraih tangan Mamoru. “kamu jatuh cinta ma Reyhan kan?” tanya
Vanani tiba-tiba.
Kaget
dengan pernyataan Vanani ia sejenak terdiam dan tertawa mengejek “aku.. jatuh
cinta ma Reyhan yang benar saja.” Katanya nggak percaya. “jawab jujur ru, apa
kamu cemburu melihat kedekatan Reyhan dengan Clarissa?” tanya Vanani. Ia hanya
diam tanpa menjawab apapun. “Jawab aku ‘ru..” Vanani mencoba mencari kebenaran
dari apa yang ia yakini. “aku tidak jatuh cinta pada Reyhan.” Jawabnya tanpa
memandang Vanani, ia juga tidak yakin dengan kata-kata bahwa ia jatuh cinta
pada Reyhan. “apa kamu tidak benar-benar cemas dengan Reyhan? Apa kamu
benar-benar tidak mencari keberadaannya? Apa kamu tidak…” kata-kata Vanani
dipotong oleh Mamoru. “Van, sekali lagi aku bilang. Aku tidak jatuh cinta
dengan Reyhan.” Kata Mamoru kesal. “aku tidak cemas dia menghilang, berapa lama
pun dia ingin pergi aku tidak pernah mencemaskannya atau bahkan berusaha
mencarinya. Satu lagi dia mau pacaran ma siapapun atau dekat dengan siapapun
nggak ada urusannya ma aku.” Katanya marah dan pergi meninggalkan Vanani
dibelakang. “aku harap kamu tidak akan menyesal dengan kata-katamu.” Kata
Vanani.
YYY
Saat
di rumah, ia tidak selera makan memikirkan apa yang dikatakan Vanani. ‘apa
benar au jatuh cinta ama Reyhan? Tapi bagaimana bisa?’ ia bertanya-tanya pada
diri sendiri. ‘kenapa juga aku harus cemas Reyhan nggak masuk sekolah?
Kenapa juga aku marah dia dekat dengan Clarissa? Bodo amat dech’ batinnya
memungkiri semua perasaan itu. Sejenak ia menuju berandanya yang menghadap ke
halaman depan. Ia melihat rumah Reyhan sepi nggak kaya’ biasanya.
Sewaktu masih kecil Reyhan sering
memanggilnya dari bawah untuk mengajaknya bermain, ia tiba-tiba mengingat semua
kejadian masa kecilnya dengan Reyhan dan tersenyum sendiri. Ia jadi teringat
ketika ia berangkat sekolah Reyhan selalu memanggilnya dari bawah. Tersadar
rumahnya sepi, sedih mulai merasukinya sampai bundanya masuk ke kamarnya ia
tidak sadar. “sedang apa sayang?” tanya Bundanya. “oh, lagi cari angin bun..” katanya sambil
pura-pura tersenyum.
“cari
anginnya sampai serius gitu, bunda panggil-panggil nggak denger.” Kata Bunda
sambil tersenyum. “lagi mikirin apa sih anak bunda?” tanya bunda sambil
membelai rambut Mamoru. Bunda melihat sejenak ke arah pandangan Mamoru,
ternyata apa yang di pikirin bunda benar. “kenapa ngelihatin rumah
Reyhan?” tanya Bunda memancing apa yang ada di pikiran Mamoru. “rumahnya kok
sepi banget, tumben banget bun.” Tanyanya pura-pura nggak cemas. “sepertinya
lagi keluar rumah.” Kata Bunda.
“Bunda beberapa hari ini nggak pernah
ngelihat Reyhan?” tanya Mamoru tiba-tiba. “bunda nggak pernah lihat Reyhan tu, bunda
juga merasa aneh biasanya kamu berangkat sekolah bareng. Beberapa hari ini
berangkat sendiri. Bunda pikir kalian lagi beranten kaya biasanya” Kata Bunda.
“udah hampir seminggu Reyhan nggak masuk sekolah bun, wali kelas juga udah pada
nanyain ke aku.” wajah Mamoru mulai terlihat cemas. “udah coba di telpon?”
tanya Bunda. “udah bun, tapi mailbox terus.” Jawab Mamoru. Bunda dan Mamoru
terdiam sesaat. Lalu tiba-tiba Bunda bertanya “kamu khawatir ma Reyhan?”
pertanyaan yang hampir serupa dengan pertanyaan Vanani. “nggak Bun, Cuma heran
aja dia ampe nggak masuk hampir seminggu tanpa kabar gitu.” Kata Mamoru
menyangkal. “jangan bohong sayang, mata kamu nggak bisa menyembunyikan perasaan
khawatir kamu.” Kata Bunda tersenyum. “kalian habis berantem?” tanya bunda
lagi.
Mamoru hanya mengangguk. “berantem kenapa? Kok bisa Reyhan sampe nggak masuk hampir satu minggu.” Kata Bunda heran. Mamoru menceritakan kekesalannya gara-gara kedekatan Reyhan dengan Clarissa. Entah kenapa ia semarah itu pada Reyhan, padahal terserah Reyhan juga mau dekat dengan siapa aja. Bunda tersenyum “kamu jatuh cinta sayang.” Kata Bunda. Mamoru kaget, lagi-lagi pernyataan yang sama dengan Vanani. “mana mungkin Bun, sedangkan aku ma Reyhan aja udah kaya kucing ma anjing.” Katanya masih memungkiri perasaan yang jelas-jelas sudah dia sadari. “benci dan cinta itu tipis sayang. Kata orang jawa tresna jalaran saka kulina. Rasa suka karena terbiasa.” Kata Bunda sambil membelai rambut Mamoru. “walau aku suka, dia juga nggak mungkin punya perasaan yang sama.” Katanya pasrah. “hati orang nggak ada yang tau, hanya waktu yang akan membuktikan.” Kata Bunda tersenyum. “sudah malam, kamu tidur gih.. besok mesti sekolah.”
Mamoru
beranjak ke kasur empuknya. “dia pasti baik-baik saja sayang.” Kata
Bunda menenangkan hati Mamoru. Sebelum bunda keluar “Bun.. apa benar aku jatuh
cinta ma Reyhan?” tanyanya untuk memastikan. “yang tahu perasaanmu hanya kamu.
Bunda hanya membaca apa yang nampak di luar saja.” Kata Bunda seraya menutup
pintu kamarnya. Ia memikirkan kata-kata Bunda dan Vanani. Sedikitnya ia bisa
mulai menerima kalau dia memang cemas pada Reyhan, tapi ia masih nggak mau
mengakui dia Jatuh cinta pada musuh bebuyutannya itu.
YYY
Di beranda sebuah apartemen Reyhan dan
Mamanya memandangi hujan yang mengguyur kota di malam hari. “Rey, apa kamu
yakin dengan keputusanmu?” tanya mama Reyhan merasa khawatir dengan
keputusannya yang mendadak itu. “aku yakin ma.. lagipula disana kan ada tante
Bianca. Mama nggak usah kuatir.” Kata Reyhan dengan senyum. Namun, di balik
senyuman itu ada hal yang ia sembunyikan. “apa kau sudah memberi tahu Mamoru
tentang keputusanmu ini?” tanya mama Reyhan. “belum.. pasti dia akan aku kasih
tau, namun tidak saat ini.” Katanya sambil menyeruput teh hangatnya.
“keputusan ini apa ada hubungannya dengan
Mamoru?” tanya mama tiba-tiba. Ia diam sesaat dan menyeruut tehnya kembali.
“nggak sama sekali ma.” Mama Reyhan hanya tersenyum “sayang, kamu tahu. Ketika
seseorang sedang jatuh cinta, mata orang itu tidak pernah bohong. Bahkan, saat
ia memikirkan seseorang yang ia cintai” Reyhan terdiam sejenak. “kata-kata
cinta bisa saja kau sembunyikan, tapi perasaan cinta tidak. Kalau kau memang
mencintainya kenapa harus kau sembunyikan.” Lanjut mamanya sambil menepuk
pundak Reyhan. “tapi, dia tidak ma..” kata Reyhan tiba-tiba sambil menyeruput
tehnya yang hampir dingin. “tidak ada orang yang bisa menebak isi hati orang
lain, jika kau tidak mau mencarinya.” Kata Mama seraya pergi meninggalkan Reyhan
sendiri di beranda apartemennya.
Ia
sengaja menyewa apartemen untuk menghindar dari Mamoru sementara waktu. Lebih
tepatnya untuk memastikan apakah benar perasaannya pada Mamoru adalah cinta. Ia
memutuskan untuk meneruskan sekolah di Aussie dan tinggal bersama tantenya. Ia
tahu keputusan yang ia buat akan menyakitkan dirinya apalagi setiap ia
mengingat bahwa ia adalah orang yang selalu ada saat Mamoru ada masalah dan
Mamoru adalah orang yang paling bisa membuatnya tersenyum.“Mengapa aku
mencemaskan dia.” Kata Reyhan sambil tersenyum. “maafkan aku Ru untuk sementara
aku tidak bisa menghubungimu, dan tiba-tiba menghilang.” Lanjutnya
sambil melihat layar ponselnya yang di non-aktifkan olehnya.
Ia mencoba
menaktifkan ponselnya kembali. Tiba-tiba ada lebih dari 200 panggilan yang tak
terjawab dan kebanyakan dari Mamoru. Ia juga mendapatkan 50 Mail Box dan paling banyak juga dari Mamoru. “Hya! Kamu
kalo nggak masuk bilang kek, heboh ni satu kelas. Benar-benar nyusahin.” Kata
Mamoru di mesin penjawab telepon. Ia terus mendengarkan semua Mailboxnya.
Kebanyakan isinya memang kemarahan Mamoru yang harus dilibatkan gara-gara ia
menghilang. “gadis itu benar-benar..” kata Reyhan sambil tertawa.
Ia
mendengarkan mailbox terakhir dari Mamoru yang ia kirim 3 hari sebelum hari
ini. “Rey, hari ini aku lewat taman yang biasa kita kunjungi. Aku
ngeliat taman itu ngebuat aku teringat saat kecil dulu, setiap aku menangis
gara-gara kamu. Kamu selalu membawakan aku buah appel merah dan satu tape dan
kamu bilang makanan manis akan membuatmu lebih baik. Pada akhirnya kamu pun
minta maaf. Kamu tiba-tiba hilang tanpa kabar, paling nggak kamu kasih kabar
bahwa kamu baik-baik saja. Kalau kamu mendengar pesan ini segera hubungi aku.” Terdengar suara ‘tut..tut..tut..’
diseberang.
YYY
Mamoru nampak masih memikirkan
kata-kata bundanya dan Vanani. Makan malam hampir tidak ada yang masuk ke mulutnya. “Ru.. kenapa nasinya
nggak dimakan ?” tanya papa Mamoru. Dia hanya diam, papa dan bundanya saling
berpandangan. “ru.. mamoru..” Mamoru
terbata-bata menjawab panggilan bundanya itu. “ada apa ma kamu sayang? Makanannya
nggak di makan ?” tanya papanya sekali lagi. “ruru lagi nggak selera pa.” Jawabnya
singkat seraya berdiri dan meninggalkan meja makan. “ada apa dengan anak itu?”
tanya papanya nggak mengerti. ”entahlah.. mungkin lagi nggak enak badan.” Kata
bunda cemas.
Pelajaran yang Mamoru pelajari tidak ada
satu pun yang masuk ke otak. Ia malah memenuhi buku tulisnya dengan nama Rey.
Ia tersadar “lho, kok nama reyhan sih!” gerutunya. “tapi kenapa hatiku sakit ya
saat aku membayangkan Reyhan dan Clarissa.” Katanya sambil memegang dadanya.
“apa benar aku jatuh cinta padanya? Tapi… nggak mungkin ah!” bantahnya. “semakin
kamu menghindari perasaanmu sendiri,semakin besar perasaanmu padanya. Akui saja
jika kamu memang kamu mencintainya.” Kata Vanani yang tiba-tiba udah ada di
sebelahnya.
Mamoru sejenak memikirkan kata-kata Vanani. Memang
semakin ia memungkiri perasaannya, semakin besar perasaan itu di hatinya. Tak lama
setelah itu Clarissa datang dan mendekati meja Mamoru dan Vanani. “Ru, aku mau
bicara sebentar ma kamu bisa kan?” Tanya Vanani. “kalau mau bicara disini aja,
aku lagi males keluar.” Katanya rada kesal. “ok, kalau begitu.”
“aku tahu kamu marah ma aku, gara-gara aku
deket ama Rey. Awalnya aku memang sengaja mendekati Rey buat cari-cari
perhatiannya, tapi sepertinya dia tahu kalau aku naksir dia.” Clarissa duduk di
bangku depan Mamoru yang sebenarnya bukan bangkunya. “lalu, dia mengajak aku
buat ketemuan dan menjelaskan semuanya.” Lanjutnya. “semuanya gimana maksudmu?”
Tanya Vanani tidak mengerti. “ya, semuanya. Dia mengatakan bahwa dia tidak bisa
membalas perasaanku padanya, karena sudah ada orang yang dia suka.” Clarissa
nampaknya kecewa dengan apa yang ia dapatkan “orang yang dia suka adalah orang
yang mampu membuatnya tersenyum, kesal, sekaligus orang yang membuatnya selalu
ingin bertemu dengannya. Sejak ia masih kecil, ia sudah menyukai gadis ini dan
gadis itu adalah kamu.” Kata Clarissa sambil memegang tangan Mamoru. Mamoru kaget
dengan apa yang dikatakan Clarissa. “Aku?” tanyanya tidak percaya. Hatinya campur
aduk, antara senang, kaget, bingung, tidak percaya. “kamu beruntung dapet Rey,
dia tidak seperti cowok kebanyakan yang gampang jatuh cinta dengan cewek lain. Di
hatinya cuma ada kamu, dan itu tidak akan berubah kecuali kamu yang merubahnya.”
Kata Clarissa.
“kamu sudah tahu kebenarannya gimana. Apa kamu
masih tetap bersikeras tidak mengakui perasaanmu padanya?” Tanya Vanani
memastikan. “kamu kan tau aku dengan dia bagaimana. Bukannya rukun pacaran yang
ada malah berantem terus.” Kata Mamoru yang mulai bisa menerima perasaannya. “kau
kan belum mencoba menerima perasaanmu. Dia seperti itu juga biar bisa terus
dekat denganmu.” Kata Vanani. “Benar kata Vanani. Aku harap kamu tidak akan
melepaskan pangeran yang ada di depanmu. Temui dia jika kau tidak mau
kehilangan dia untuk selamanya.” Kata Clarissa sambil menyerahkan secarik
kertas pada Mamoru.
Di kertas itu tertulis ‘temui aku di taman pasopati jam 12 siang’. ia terdiam sejenak seraya
melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul setengah 1 siang dan segera ia
memanggul tasnya pergi keluar kelas. “aku tahu kau akan melakukannya.”
YYY
Taman pasopati dan sekolahnya cukup jauh. Naik
taksi menuju ke sana membutuhkan waktu paling sedikit 1 jam. Di dalam taksi ia
sudah gelisah. “pak, apa tidak bisa cepat lagi ?” Tanya Mamoru gelisah. “ini
sudah maksimal mbak.” Kata sopir taksi itu. Ia mencoba menghubungi ponsel
Reyhan juga mailbox “ayo Rey angkat telponnya.” Kata Mamoru panic.
Setelah satu jam ia gelisah di dalam taksi,
akhirnya ia sampai di taman pasopati. Ia mencari Rey di sekeliling taman yang
cukup luas dan tidak begitu ramai, tapi tetap saja tidak ketemu. “Rey, kamu
dimana?” panggil Mamoru. Cuaca yang tiba-tiba mendung dan gerimis tidak ia
perdulikan asalkan ia dapat bertemu dengan Rey. “Rey.. Rey..” panggil Mamoru sambil
berlari mencari Rey. “REY… KAMU DIMANA?” teriak Mamoru, ia sedih sudah
menyia-nyiakan orang yang ia cintai. Ia menangis daam derai hujan yang turun. “kamu
dimana Rey? Maafkan aku..” katanya sambil menangis dan terjongkok di taman itu.
“apa yang kamu lakukan disini?” Tanya Rey
tiba-tiba dari arah belakangnya. Mendengar suara dari arah belakangnya ia pun
berdiri dan berbalik. Ia terkejut Rey ada di depannya. Tidak banyak bicara ia
langsung memeluk Rey. “Kamu darimana? Aku mencarimmu berkeliling. Aku pikir kamu
sudah pergi ninggalin aku.” Kata Mamoru menangis dalam pelukan Rey. Rey yang
terkejut tiba-tiba Mamoru memeluknya, ia pun tak mampu tidak membalas pelukan
wanita yang ia cintai. “aku tidak mungkin meninggalkan cewek ceroboh kaya kamu.”
Kata Rey sambil melepaskan pelukannya. “maafkan aku atas kejadian waktu itu. Aku
tiba-tiba ma…” kata-katanya terpotong “sssttt.. tidak usah minta maaf. Aku sudah
tau alasan kamu marah karena kamu cemburu dengan Clarissa kan.” Tebak Rey.
Mamoru pun mengangguk.
“secantik apapun Clarissa, ia tetap tidak
bisa menggantikanmu di hatiku. Hanya kamu dan akan tetap seperti itu.” Kata Rey
sambil membelai pipi Mamoru. “thank you my dear.” Hanya itu jawaban yang di berikan
Mamoru dan mereka pun disatukan oleh hujan di taman pasopati itu.
Terkadang kita mencari terlalu jauh
seseorang yang kita cintai. Namun, jika kita diam dan mensyukuri perasaan cinta
yang kita miliki, kadang kala orang yang kita cari ada di dekat kita. Karena cinta
tidak dapat dilihat oeh mata, namun hanya hati yang mampu tahu dimana cinta
sejati kita berada.
~THE END~
0 comments:
Post a Comment