Wednesday, February 17, 2016
Coffee Lovers ~ Cerita Unik dari Secangkir Kopi
Tentang Waktu
Thursday, February 11, 2016
Suami istri menjadi kupu-kupu
Pada zaman dahulu kala tinggallah seorang laki-laki bujang miskin di sebuah kampung. Dia hidup sendiri dengan bertani.
Pada hari itu seperti biasa, ketika si bujang telah menyelesaikan pekerjaannya di sawah dia pulang ke rumah. Namun pada saat dia ingin memasak, tiba-tiba dia merasa sedih karena keadaan dirinya yang kesepian dan miskin.
"Aduh... selama ini saya sendirian, tidak ada orang yang tinggal bersama saya. Andaikan saja ada orang yang mau menemani aku. Siapa ya yang mau hidup dengan aku?
"Saya bersedia hidup denganmu."
Si bujang terkejut dan menoleh ke tempat asal suara itu, namun tidak ada siapa-siapa di situ. Si bujang merasa aneh dan kembali berkata.
"Siapa yang mau tinggal bersamaku ya?"
"Sayalah yang akan hidup denganmu."
Si bujang mulai mencari-cari asal suara itu sambil menyingkirkan rumput-rumput di halaman rumahnya. Akhirnya dia menemukan seekor ular besar.
"Ahhh, ular... Mana mungkin ular bisa bicara. Tapi... ular ini besar dan luar biasa. Aku simpan saja dulu."
Si bujang membawa ular besar itu dan menyimpannya di dalam gentong air yang besar.
Esok harinya si bujang kembali dari sawah untuk makan siang. Ketika dia membuka pintu rumahnya, dia sangat terkejut karena di atas meja makan telah terhidang beraneka jenis masakan yang masih hangat.
"Siapa yang menyediakan makanan seenak ini buat aku. Siapa ya...aneh"
Walaupun merasa heran, namun si bujang segera menyantap masakan itu.
Hal seperti itu terjadi di hari-hari berikutnya. Si bujang sangat ingin tahu siapa yang menyiapkan masakan untuknya.
Maka suatu hari dia sengaja bersembunyi di pojok dapur dan menutupi badannya dengan keranjang besar.
Menjelang jam makan siang seorang gadis yang cantik keluar dari kendi air di mana ular besar tersimpan di dalamnya. Gadis itu segera memasak lalu pergi menuju ke dalam kamar.
Si bujang segera mengikuti gadis itu ke dalam kamar dan langsung melamarnya.
"Hai gadis cantik, menikah dengan saya dan tinggal bersama di rumah ini."
"Menikah ? Maaf saya belum bisa mas. Apakah mas mau menunggu beberapa hari saja? Saya diusir dari negara langit karena saya melakukan kesalahan. Kalau sekarang menikah, maka kita pasti akan berpisah."
Namun si bujang yang begitu tertarik pada kecantikan gadis itu tidak mau melepaskannya sehingga mereka berdua mulai tinggal bersama sejak hari itu.
Pada suatu hari si gadis yang telah menjadi istrinya menunggu si bujang di sawah. Waktu itu seorang bupati sedang lewat dan bupati tertarik pada kecantikan gadis itu sampai dia ingin membawa gadis itu ke rumahnya dengan cara paksa.
"Bupati, suami saya sedang bekerja di sawah itu. Biarkan saya menemui suami saya."
Hari sudah mulai gelap dan si bujang pulang ke rumah dari sawah, namun dia tidak menemukan istrinya. Dia mencari-cari ke sana ke mari dan akhirnya ada yang memberitahukan bahwa istrinya dibawa oleh sang bupati.
Dia segera ke rumah bupati untuk menemui isterinya, namun dia tidak bisa bertemu dengannya, dia malah dipukuli oleh para penjaga rumah bupati.
Walaupun dipukuli sampai hampir mati, si bujang tetap mendatangi rumah bupati setiap hari. Karena setiap hari dipukuli dan menangis, beberapa bulan kemudian si bujang akhirnya meninggal.
Kemudian, si bujang terlahir kembali sebagai seekor kupu-kupu, lalu dengan sedih dia setiap hari terbang mengelilingi kebun rumah bupati.
Istrinya pun mulai sakit karena merindukan suaminya. Karena sangat menderita akhirnya dia pun meninggal.
Sama seperti si bujang, istrinya pun terlahir kembali sebagai kupu-kupu. Sejak itu, kedua ekor kupu-kupu itu terbang mengelilingi desa di mana si bujang tinggal.
Dan kedua kupu-kupu itu selalu berdampingan.
Sumber : KBS Indonesia
Ketidakterdugaan yang disemogakan
Sayup-sayup terdengar suara angin,
Memanggil kamu yang berdiri di ujung jalan.
Ia membisikkan kata
yang hanya bisa di dengar oleh hati.
"genggamlah tangannya saat sesat membayang"
Langkah demi langkah terlewati
Hingga tiba di penghujung jalan,
Tatapan mata itu begitu teduh,
Membuat langkah kaki tak seberat dulu.
beriringan kita berjalan sambil bercerita
Hingga tangan itu menggengam tanganku.
genggaman yang lembut namun kuat,
Seolah berusaha menuntunku kesebuah babak baru.
Batu kerikil pun terijak dalam perjalanan
Berdarah, terluka, dan sakit.
Namun, suara itu begitu menenangkan
"Tak apa, tetaplah berjalan bersamaku dan kita akan baik-baik saja"
membuat semua keraguan hilang seketika.
membuat semua yang terasa berat menjadi ringan dengannya.
Karena kamu yang tak terduga yang selalu aku semogakan.
Dalam mendung di musim hujan, 11 Februari 2016
Doa Tanpa Judul Part II
Dear My Future Man,
Dalam kisah yang tidak terduga, tiba-tiba semua terasa nyata saat kau menyebut kata "KITA". kata itu seolah menyihir semua imajinasiku. Mendadak sangat liar dan tidak bisa ku kontrol. Sedikit berlebihan, memang. Bagaimana tidak. Kehadiranmu seolah menjadi hujan yang tidak pernah turun ribuan masa. Tandus dan kering berubah menjadi sejuk.
Imajinasiku membawa ku terbang. Seolah kata-kata lebay nan alay pun tidak bisa mengungkapkan kegirangan yang ada. batas antara realita dan imajinasi mimpi seolah kabur. Andaikan ada cara dimana aku tidak lagi hidup dalam realita, akan aku minta pada dunia agar aku bisa hidup dalam imajinasi saja.
Namun, namanya saja sebuah doa tanpa judul. Doa atas rasa Terima kasihku pada Nya yang mempertemukan kita dalam cerita ajaib nan tidak terduga. Semoga Kamu, Aku dan Kita selalu bisa tertawa, tersenyum dan mencintai seperti Imajinasi yang tetap hidup dalam realita.
~ S.H.M.I.L.Y~
Tuesday, February 9, 2016
Kompas
Ketika semua terlihat sama
tidak ada yang bisa terlihat.
Kehilangan tujuan
Berjalan tak tentu arah.
Petunjuk arahku hilang,
Dalam kabut yang semakin pekat.
kabut-kabut yang menutupi arah,
Sisa hujan semalam.
inginku terus berjalan,
Tapi katakan bagaimana aku harus melangkah?
Atau aku harus berbalik seraya mencari kompas itu?
Antara logika dan emosi yang menyeruak,
Gejolak amarah tak mampu sembunyikan kebimbangan,
Dua pilihan dalam persimpangan jalan
Haruskah aku kembali mencari kompasku,
Ataukah aku terus berjalan tanpa petunjuk?
Kebimbangan dalam rintik hujan, 09 Februari 2016
Sunday, February 7, 2016
Senandung Musim Panas
Ku terpaku dalam diam dan senyap
Hingga butir-butir hujan mendadak membasahi
Jatuh ke tanah dan jejaknya masih tersisa.
Hilang semua kering..
Hilang semua panas..
Tergantikan oleh basahnya tetesan hujan
beradu bersama angin yang menyapa.
Angin bersenandung
Hujan pun berbisik
"Menarilah bersamaku, saat semua yang bisa terucap"
"Tertawalah bersamaku, saat semua tangis tak mampu terucap"
aku hadir bersama, untukmu yang tak mampu berkata.
Hujan di Musim panas, 07 Februari 2015